Jika mendengar usus, acapkali identik dengan saluran pencernaan, dan mercon identik dengan bahan peledak. Namun jika usus dan mercon digabungkan apa hasilnya? Jawabannya, akan menjadi kudapan yang cukup menggiurkan untuk dicicipi. Pasalnya “Usus Mercon” menjadi branding sebuah produk kuliner, nan unik yang kini tengah booming dipasaran, terutama pegila kudapan pedas.
Menurut owner/pemilik “Usus Mercon”, Indra Budiman (32 tahun), “Usus Mercon” lahir/diproduksi beranjak dari kegemarannya mengkonsumsi usus (red sunda: jeroan), apakah itu usus ayam ataupun usus sapi. Beranjak dari hoby itulah terbesit ide untuk memproduksi usus sebagai cemilan/kudapan. Indra merintis usaha produksi “usus merecon” sejak 2011 silam, dengan modal Rp 750 ribu.
“Awalnya hanya diangan-angan dan dipendam dalam hati, lalu saya pun bercerita kepada istri, dan istri pun menanggapinya dengan positif, alhasil keesokan harinya saya coba belanja dan coba memproses ,dengan nama usus mercon,” cerita Indra.
Memilih usus sebagai bahan baku selain karena gemar mengkonsumsinya, usus pun mudah didapat dipasar, dan harganya relatif murah/standar, demikian halnya dengan bahan racikannya. Usus dibeli Indra di sejumlah pasar tradisional di kota Bandung, diantaranya Pasar Andir, Pasar Ciroyom serta Pasar Sederhana. Sedangkan memilih padanan kata “mercon” karena rasanya yang pedas, dan meledak-ledak seperti mercon saat dikonsumsi .
Untuk memproduksi “usus mercon” relative mudah, tidak membutuhkan bahan baku impor, dan alat produksi yang modern. Bahan baku yang digunakan yakni usus, sedangkan bumbunya yakni cengek domba, bawang putih, bawang merah, gula,asam, penyedap, daun jeruk, gula merah, gula putih, cabe tanjung. Sebelum diproduksi, sang usus dibersihkan secara cermat, di antaranya menggunakan jeruk nipis, tujuannya yakni selain sterilisasi juga agar usus tidak mudah rusak dan mengeluarkan bau tidak sedap. Indra mengaku, dalam sehari bisa produksi usus mercon kurang lebih 30-40 kg, itu untuk produksi penjualan standar, namun jika ada order, ia bersama 4 pegawainya siap melayaninya. “Usus Mercon” tersebut, diproduksi di jalan Sukagalih gg Pa Ahya blk no.45. Selain memproduksi “Usus Merecon”, juga ada varian rasa lainnya, yakni Usus kriukk pedas dan usus kriukk original.
Dalam sehari, “Usus Mercon” yang terjual dikisaran 50-70 bungkus, dengan omset penjulan perbulannya sekitar Rp 12 juta – Rp 15 juta. “Usus Merecon” dijual secara online, yakni melalui media jejaring social facebook dan mulut ke mulut konsumen atau pertemanan. Meski belum di expor, namun produk “Usus Mercon” telah menggurita dan cukup dikenal dipasar tanah air ”Usus Mercon belom ada outlet, ya outletnya hanya ada di Sukagalih saja, selain sebagai tempat produksi, juga tempat transaksi penjualan? Terangnya.
Kudapan berbahan baku usus ayam ini, dikemas dengan menggunakan plastik standi
ng pouch, dan mampu bertahan hingga satu minggu. Usus mercon, untuk kalangan reseller dijual dengan harga Rp 12,000, sedangkan dijual di eceran maximal Rp 15,000. “Indra mengaku saat ini, terutama menjelang lebaran, bahan baku dan bumbu harganya terus merangkak naik, untuk menaikan harga sangat mustahil. Itu menjadi salah satu kendala optimalisasi produksi/target produksi, padahal menjelang lebaran ini, merupakan salah satu momentum untuk memasarkan usus mercon, agar lebih booming dipasaran, dan bisa menembus pangsa pasar ekspor,”



Posting Komentar